makalah inflasi deflasi

BAB I

PENDAHULUAN

 

  1. A.    Latar Belakang

Adapun salah satu masalah makro ekonomi yang sangat penting dan hampir ditemukan pada setiap negara di dunia, yaitu Inflasi. Mengingat pentingnya Inflasi dalam suatu perekonomian menjadi penting bagi para pengambil kebijakan makro ekonomi. Tentunya kita pernah merasakan harga barang dan jasa cenderung terus meningkat dalam produk tertentu, seperti sekarang ini. deflasi. Istilah ini tiba-tiba banyak dibicarakan kalangan ekonomi dunia. Katanya, negara-negara maju dirundung deflasi? Apa implikasinya? Bagaimana konsekuensinya? Bagaimana pula hal ini akan berdampak terhadap perekonomian dunia. Selain masalah inflasi masalah makro ekonomi lainnya masalah deflasi.

Fenomena deflasi di negara-negara maju membawa kekhawatiran tertentu terhadap kinerja perekonomian dunia. Jepang membuktikan, deflasi menyebabkan kredit macet raksasa di sektor perbankan.

 

  1. B.     Rumusan Masalah
  2. Apakah pengertian inflasi ?
  3. Apa saja jenis – jenis inflasi ?
  4. Apa saja kebijakan untuk mengatasi inflasi ?
  5. Apakah dampak dan cara mengatasi inflasi ?
  6. Apakah peranan bank sentral dalam mengatasi inflasi ?
  7. Apakah pengertian deflasi ?
  8. Apakah jenis-jenis deflasi ?
  9. Apakah penyebab tejadinya deflasi ?
  10. Apakah akibat deflasi ?
  11. Bagaimanakah cara mengatasi ?

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

  1. A.    Pengertian Inflasi

Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat atau adanya ketidak lancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-mempengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga.

Selain itu, inflasi merupakan salah satu masalah ekonomi yang banyak mendapatkan perhatian para pemikir ekonomi. Pengertian inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi. Syarat adanya kecenderungan menaik yang teus menerus juga perlu diingat, karena kenaikan harga karena musiman, menjelang hari-hari besar atau yang terjadi sekali saja, dan tidak mempunyai pengaruh lanjutan tidak disebut inflasi.

 

 

 

 

 

 

 

  1. B.      Jenis-Jenis Inflasi

Berdasarkan asalnya, inflasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu inflasi yang berasal dari dalam negeri dan inflasi yang berasal dari luar negeri. Inflasi berasal dari dalam negeri misalnya terjadi akibat terjadinya defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan cara mencetak uang baru dan gagalnya pasar yang berakibat harga bahan makanan menjadi mahal. Sementara itu, inflasi dari luar negeri adalah inflasi yang terjadi sebagai akibat naiknya harga barang impor. Hal ini bisa terjadi akibat biaya produksi barang di luar negeri tinggi atau adanya kenaikan tarif impor barang.

Inflasi juga dapat dibagi berdasarkan besarnya cakupan pengaruh terhadap harga. Jika kenaikan harga yang terjadi hanya berkaitan dengan satu atau dua barang tertentu, inflasi itu disebut inflasi tertutup (Closed Inflation). Namun, apabila kenaikan harga terjadi pada semua barang secara umum, maka inflasi itu disebut sebagai inflasi terbuka (Open Inflation). Sedangkan apabila serangan inflasi demikian hebatnya sehingga setiap saat harga-harga terus berubah dan meningkat sehingga orang tidak dapat menahan uang lebih lama disebabkan nilai uang terus merosot disebut inflasi yang tidak terkendali (Hiperinflasi).

Dari hal diatas kita dapat membedakan bermacam-macam inflasi berdasarkan berbagai penggolongannya, yaitu: Berdasarkan parah tidaknya inflasi, Berdasarkan penyebab dari Inflasi, Berdasarkan asal dari inflasi, dan Penggolongan Inflasi ditinjau dari asal inflasi.

  1. Berdasarkan parah tidaknya inflasi :
    1. Inflasi ringan (di bawah 10% setahun)
    2. Inflasi sedang (antara 10 – 30% setahun)
    3. Inflasi berat  (antara 30 – 100% setahun)
    4. Hiperinflasi   (di atas 100% setahun)

 

 

  1. Berdasarkan penyebab dari Inflasi :
    1. Demand inflation / inflasi permintaan

 

 

Gambar B.2.1

Inflasi ini timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai macam barang terlalu kuat. Inflasi permintaan ini disebabkan oleh permintaan masyar­akat akan barang-barang (aggregate demand)  bertambah  misalnya, karena bertambahnya pengeluaran pemerintah yang dibiayai dengan pencetakan uang, atau kenaikan permintaan luar negeri akan bar­ang-barang ekspor, atau bertambahnya pengeluaran investasi swasta karena kredit  yang murah, maka kurva agregate demand bergeser dari D0 ke D1. Akibatnya tingkat harga umum naik dari P0 ke P1.

Inflasi yang timbul karena kenaikan biaya produksi, yaitu karena kenaikan harga sarana produksi yang didatangkan dari luar negeri, atau karena kenaikan bahan bakar minyak) maka kurva penawaran masyarakat (aggregate supply) bergeser dari S0 ke S1. Perbedaan dari kedua macam inflasi ini adalah:

1)      Perbedaan dalam hal akibat dari kedua macam inflasi tersebut, dari segi volume output, karena dari segi harga output tidak berbeda. Dalam kasus demand inflation, biasanya ada kecenderungan outputnya (GDP riil) menaik bersama-sama dengan kenaikan harga umum. Besar kecilnya kenaikan output ini tergantung tegantung pada elastisitas kurva agregate supplay, semakin mendekati output maksimum semakin tidak elastis kurva tsb. Sebaliknya dalam kasus cost inflation biasanya kenaikan harga-harga dibarengi dengan penurunan omzet penjualan barang (kelesuan usaha).

2)      Perbedaan dalam hal urutan dari kenaikan harga. Dalam demand inflation kenaikan harga barang (output) menda­hului kenaikan harga barang-barang input dan harga- harga faktor produksi. Sedangkan dalam dalam cost inflation kenaikan harga barang-barang input dan harga-harga faktor produk mendahului kenaikan harga barang-barang akhir (output).

  1. Cost inflation / inflasi  penawaran.

 

Inflasi ini timbul  karena kenaikan biaya produksi atau berkur­angnya penawaran agregatif. Inflasi desakan biaya (cost push inflation) terjadi akibat meningkatnya biaya produksi (input) sehingga mengakibatkan harga produk-produk (output) yang dihasilkan ikut naik. Meningkatnya biaya produksi dapat disebabkan 2 hal,yaitu kenaikan harga,misalnya bahan baku dan kenaikan upah/gaji,misalnya kenaikan gaji PNS akan mengakibatkan usaha-usaha swasta menaikkan harga barang-barang dan Factor-faktor yang menyebabkan terjadinya inflasi adalah sebagai berikut:

1)      Tingkat pengeluaran agregat yang melebihi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan barang dan jasa

2)      Tuntutan kenaikan upah dari pekerja.

3)      Kenaikan harga barang impor

4)      Penambahan penawaran uang dengan cara mencetak uang baru

5)      Kekacauan politik dan ekonomi seperti yang pernah terjadi di Indonesia tahun 1998. akibatnya angka inflasi mencapai 70%.

  1. Berdasarkan asal dari inflasi
    1. Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation)
    2. Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation)
    3. Penggolongan Inflasi ditinjau dari asal inflasi
      1. Inflasi dari dalam negeri timbul misalnya karena defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan pencetakan uang baru, panenan gagal dsb.
      2. Inflasi dari luar negeri adalah inflasi yang timbul karena kenaikkan  harga-harga (yaitu:inflasi) di luar negeri atau di negara-negara langganan berdagang kita.
      3. Kenaikkan harga barang-barang yang kita impor mengakibatkan:

1)      Secara langsung kenaikan indeks biaya hidup karena sebagian dari barang-barang yang tercakup di dalamnya berasal dari impor.

2)      Secara tidak langsung menaikkan indeks harga melalui kenaikan biaya produksi (dan kemudian, harga jual) dari berbagai barang yang menggunakan bahan mentah atau mesin-mesin yang harus diimpor (cost inflation)

3)      Secara tidak langsung menimbulkan kenaikan harga di dalam negeri, karena kenaikkan harga barang-barang impor mengakibatkan  kenaikan pengeluaran pemerintah/swasta yang berusaha mengimbangi kenaikan harga impor

Penularan inflasi dari luar negeri ke dalam negeri bisa pula melalui kenaikan harga barang-barang ekspor dan saluran-salur­annya hanya sedikit berbeda dengan penularan lewat kenaikan harga barang-barang impor.

1)      Bila harga barang-barang ekspor seperti kopi teh minyak kelapa sawit naik, maka indeks biaya hidup akan naik pula sebab barang- barang tsb langsung masuk dalam daftar barang- barang yang terca­kup dalam indeks harga.

2)      Bila harga barang-barang ekspor naik, maka biaya produksi dari barang-barang yang mengguna­kan barang-barang tersebut dalam proses produksinya akan naik, dan harganya akan naik pula

3)      Kenaikan harga barang-barang ekspor berarti kenaikan penghasilan eksportir. Kenaikan penghasilan ini akan dibelanjakan untuk membeli barang-barang , baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Bila jumlah barang yang tersedia di pasar tidak bertambah, akibatnya harga-harga barang lain akan naik pula.

 

 

 

 

  1. C.    Kebijaksanaan Mengatasi Inflasi

1.      Kebijaksanaan Moneter

Cirinya :

– Yang mengatur jumlah uang yang beredar dalam masyarakat.

– Politik diskonto

– Politik OMO

– Politik Cash Ratio

– Politik Credit Seleksi

2.      Kebijaksanaan Fiskal

Cirinya :

– Yang mengatur penerimaan dan pengeluaran negara ( APBN )

– Menaikan pajak, kuantitatif / kualitatif

– Perhitungan pengeluaran pemerintah

– Pinjaman pemerintah, paksa / sukarela

– Penerbitan Obligasi

3.      Kebijakan Non Moneter

Cirinya :

– Pengendalian harga / Price Control

– Rationing / Distribusi ( Daerah Surplus / Minus )

– Politik upah

– Menaikan Produksi

 

  1. D.    Dampak Inflasi

Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif- tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.

Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan. Kita ambil contoh seorang pensiunan pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun di tahun 2003 -atau tiga belas tahun kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya, uang pensiunnya tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya, orang yang mengandalkan pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti misalnya pengusaha, tidak dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga halnya dengan pegawai yang bekerja di perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi.

Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang semakin menurun. Memang, tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila orang enggan menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang. Karena, untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat.

Bagi orang yang meminjam uang dari bank (debitur), inflasi menguntungkan, karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman.

Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun, bila inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada pengusaha kecil)

Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.

 

  1. E.     Peran Bank Sentral

Bank sentral memainkan peranan penting dalam mengendalikan inflasi. Bank sentral suatu negara pada umumnya berusaha mengendalikan tingkat inflasi pada tingkat yang wajar. Beberapa bank sentral bahkan memiliki kewenangan yang independen dalam artian bahwa kebijakannya tidak boleh diintervensi oleh pihak di luar bank sentral termasuk pemerintah. Hal ini disebabkan karena sejumlah studi menunjukkan bahwa bank sentral yang kurang independen salah satunya disebabkan intervensi pemerintah yang bertujuan menggunakan kebijakan moneter untuk mendorong perekonomian akan mendorong tingkat inflasi yang lebih tinggi.

Dalam rangka mengendalikan inflasi dan menjaga stabilnya nilai mata uang, Pemerintah dan otoritas moneter yang ada mengambil beberapa kebijakan baik dari segi moneter, fiskal, maupun sektor riil. Dari segi moneter maka bank sentral akan menaikkan suku bunga dan pengetatan likuiditas perbank-kan, mengkaji efektivitas instrumen moneter dan jalur transmisi kebijakan moneter, menentukan sasaran akhir kebijakan moneter, mengidentifikasi variabel yang menyebabkan tekanan-tekanan inflasi, memformulasikan respon kebijakan moneter.

Dari segi fiskal, pemerintah menerapkan kenaikan prosentase pungutan pajak, mengadakan pinjaman sukarela atau pinjaman paksa, memotong uang, membekukan sebagian atau seluruhnya simpanan-simpanan (deposito) pihak-pihak partikulir (bukan punya pemerintah) yang ada dalam bank-bank, serta penurunan pengeluaran pemerintah.

 

  1. F.     Pengertian Deflasi

Deflasi merupakan suatu gejala ekonomi yang menunjukkan penurunan harga penjualan pasar akibat kemerosotan ekonomi. Menurut definisi IMF, deflasi adalah suatu fenomena ekonomi yang terjadi akibat berlangsungnya resesi panjang akibat penurunan harga penjualan pasar kurang-lebih 2 tahun. Deflasi dapat dikatakan suatu gejala ekonomi yang berbahaya, seperti halnya inflasi, karena terus meningkatkan situasi labil terhadap faktor subjek ekonomi secara psikologi. Dan bagaikan resesi panjang deflasi dapat pula menjatuhkan nilai aset sekaligus menghantam berbagai sektor perekonomian.

Pada deflasi, jumlah uang yang beredar dalam masyarakat terlalu sedikit, sedangkan barang dan jasa tersedia secara melimpah sehingga kenaikan secara tajam nilai mata uang dan peningkatan peranan uang tidak dapat dihindarkan. Dalam keadaan deflasi, para penjual akan merasa tidak aman untuk menahan persediaan barangnya terlalu lama, karena khawatir tingkat harga akan terus menurun. Sebaliknya, pihak pembeli akan bersikap menunggu dengan harapan harga akan lebih turun lagi.

 

 

 

 

 

 

 

  1. G.    Jenis-Jenis Deflasi

Dilihat dari proses terjadinya, deflasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

  1. Deflasi strategis

Deflasi ini terjadi akibat diterapkannya kebijakan pengontrolan terhadap gejala konsumsi berlebihan untuk mengatasi kenaikan harga pasar

  1. Deflasi sirkulasi

Deflasi ini terjadi pada masa transisi dari kemakmuran ekonomi menjadi kemerosotan ekonomi, akibat ketidakseimbangan antara daya produksi dan konsumsi. Gejala ini mendorong penurunan harga penjualan pasar dalam resesi ekonomi, akibat semakin kurangnya jumlah kebutuhan terhadap barang-barang ekonomis yang berlebihan

 

  1. H.    Penyebab Deflasi

Istilah deflasi adalah lawan kata dari inflasi. Inflasi berkaitan erat dengan gejala konsumsi yang berlebihan, sedangkan deflasi ada kaitannya dengan pemasokan yang berlebihan. Dengan kata lain, apabila pemasokan barang-barang ekonomis melampaui daya konsumsi, dapat mengakibatkan penurunan harga penjualan pasar. Gejala ini mendorong kemerosotan investasi modal oleh perusahaan, dan memicu turunnya suku bunga sehingga menimbulkan pengurangan baik jumlah tenaga kerja maupun upah gaji.

Jadi dapat disimpulkan bahwa ada empat buah penyebab Deflasi :

  1. Menurunnya persediaan uang di masyarakat.
  2. Meningkatnya Persediaan Barang
  3. Menurunnya permintaan akan barang.
  4.  Naiknya permintaan akan uang

 

 

 

 

  1. I.       Akibat Deflasi

Deflasi akan mempengaruhi harapan yang akan datang dan psikologi para pengusaha. Proses deflasi juga akan mempengruhi penurunan tingkat investasi yang juga tentu saja akan membawa kesulitan bagi perekonomian. Deflasi dapat menyebabkan menurunnya persediaan uang di masyarakat dan akan menyebabkan depresi besar (seperti yang dialami Amerika) dan juga akan membuat pasar Investasi (Saham) akan mengalami kekacauan. Dikarenakan harga barang mengalami penurunan, konsumen memiliki kemampuan untuk menunda belanja mereka lebih lama lagi dengan harapan harga barang akan turun lebih jauh. Akibatnya aktivitas ekonomi akan melambat dan memberikan pengaruh pada spiral deflasi (deflationary spiral). Dampak susulan dari melesunya kegiatan ekonomi adalah banyak pekerja yang akhirnya mengalami PHK karena pemiliki bisnis tidak sanggup membayar gaji karyawannya.

 

 

Dengan demikian pendapatan yang diterima masyarakat menjadi sedikit dan jumlah uang yang beredar di masyarakat semakin berkurang. Dari sisi investasi, deflasi juga mengakibatkan melesunya investasi di sektor riil maupun di lantai bursa. Akibatnya ini akan menambah berat kelesuan ekonomi dikarenakan tidak ada lagi aktivitas bisnis yang berjalan. Deflasi juga dapat menyebabkan suku bunga disuatu negara menjadi nol persen. Lalu diikuti juga dengan turunnya suku bunga pinjaman di bank. Ini memang merupakan langkah paliatif untuk mencegah masyarakat menyimpan uangnya di bank yang dapat membuat peredaran uang semakin kecil.

 

 

 

  1. J.      Cara Mengatasi Deflasi

Deflasi dapat diibaratkan jatuh sakitnya seseorang karena jarang berolah raga. Apabila seseorang pada dasarnya memiliki kaki normal namun malas menggunakannya, maka ini akan mengakibatkan menyusutnya otot-otot kaki yang jarang digunakan tersebut. Dalam jangka waktu lebih lama orang tersebut akan tidak dapat berjalan sama sekali berhubung otot sudah terlalu lemah untuk digunakan. Apabila keadaan ini justru didiamkan, bukan tidak mungkin akan mengalami kelumpuhan selamanya.

Hal ini parallel dengan deflasi. Cara terbaik untuk mengatasinya adalah dengan melatih kembali otot-otot yang sudah lama tidak digunakan. Meski memakan waktu lama, hal ini adalah satu-satunya cara untuk mengembalikan kekuatan otot yang melemah. Dengan kata lain untuk mencegah deflasi menjadi krisis ekonomi besar, pemerintah dan semua pihak yang terkait harus bersepakat untuk memulai kembali kegiatan ekonomi yang sempat terhenti karena salah urus tersebut. Tentu saja ini membutuhkan waktu yang tidak sedikir. Lazim dikatakan oleh para analis eknonomi bahwa deflasi merupakan kondisi krisis moneter yang sebenarnya tidak memiliki obat yang efektif. Apabila pada inflasi Bank Sentral dapat menaikkan suku bunga untuk menahannya, menurunkan suku bunga bahkan hingga nol persen bukanlah jalan keluar bagi deflasi. Pasalnya ini akan membuat pemasukan pemerintah menjadi nol juga atau bahkan negative. Belum lagi hal ini akan memicu aksi spekulan luar negeri yang dapat menjalankan Carry Trade sehingga nilai uang justru menjadi jatuh. Akibatnya, biaya impor menjadi terbebani sementara ekspor tidak menunjukkan kenaikan signifikan berhubung melemahnya mata uang disebabkan oleh aksi spekulan semata-mata.

Cara yang paling lazim digunakan adalah memberikan stimulus ekonomi berupa bantuan likuiditas ke sektor bisnis. Dengan demikian diharapkan kegiatan ekonomi kembali berputar. Pemerintah juga dapat memotong pajak dan meningkatkan belanjanya sendiri untuk menggairahkan perekonomian. Dari sisi Bank Sentral, pemerintah juga dapat meningkatkan peredaran uang di masyarakat dengan membeli surat hutang sektor swasta dan menukarkannya dengan uang tunai.

Selain itu, juga dapat dilakukan dengan memotong suku bunga. Namun seperti dijelaskan di atas, memotong suku bunga bukanlah jalan keluar yang sesungguhnya tetapi hanya sekedar pengobatan sementara untuk menggairahkan ekonomi dan mengharapkan harga bergerak naik dengan sendirinya. Selain itu, juga dapat diatasi melalui kebijakan pemerintah dengan jalan melakukan tambahan pembelanjaan sebesar (sejumlah) celah deflasi itu sendiri, kemudian menambahkan pengeluaran masyarakat, baik untuk konsumsi maupun investasi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Dari analisa dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan, sebagai berikut :

Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang.

Apabila harga suatu barang mengalami penurunan, maka daya beli masyarakat dan permintaan masyarakat akan barang tersebut menjadi naik. Sebaliknya jika harga suatu barang mengalami kenaikan, maka daya beli masyarakat akan mengalami penurunan. Sebagaimana yang tercantum dalam hukum permintaan. Berbanding terbalik dengan penawaran, jika harga suatu barang sedang mengalami penurunan, maka penawaran barang tersebut akan menurun pula, tetapi jika harga barang tersebut sedang mengalami kenaikan, maka penawaran akan barang tersebut juga akan meningkat. Sesuai dengan hukum penawaran.

Terjadinya inflasi tergantung pada sejumlah faktor yang mempengaruhi naik turunnya tingkat harga, juga tergantung pada kebutuhan masyarakat akan barang tersebut.

Untuk mengeliminasi deflasi ini sejumlah saran sudah diberikan. Selain meneruskan kebijakan suku bunga yang teramat rendah (suku bunga pasar uang tiga bulanan kini hanya 0,02 persen), Jepang juga disarankan melakukan pemotongan pajak (tax cuts) untuk merangsang konsumen belanja lebih banyak. Intinya, baik sisi moneter maupun fiskal harus sama-sama ekspansif, supaya deflasi dapat segera distop.

 

 

B.     Saran

Pemerintah Indonesia harus segera mengambil suatu tindakan yang bijak, lebih memperhatikan masyarakat dan harus melindungi masyarakat dari inflasi. Karena inflasi dapat menurunkan daya beli masyarakat dan juga sangat menyengsarakan masyarakat miskin. Dengan terus menaiknya inflasi kesejahteraan masyarakat Indonesia pun kian berkurang.

Namun tidak hanya pemerintah yang berusaha untuk mengatasi masalah inflasi ini tapi masyarakat juga harus mendukung pemerintah dengan ikut serta dalam penghematan pemakaian bahan bakar minyak dengan melakukan efisiensi energi pada sektor transportasi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tinggalkan komentar